Breaking News

Sabtu, 16 April 2016

TNI Rapatkan Kapal Perang ke Perbatasan Filipina

 
 Gambar ilustrasi

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan, TNI mengerahkan dua kapal perang ke perbatasan Filipina menanggapi aksi penyanderaan terhadap WNI yang diduga kembali dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.

"Saya sudah siapkan pasukan di darat, laut dan udara untuk mengambil tindakan di perbatasan Filipina," kata Panglima TNI saat menghadiri peringatan HUT ke-64 Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (16/04/2016).

Ia mengaku telah mendapat informasi bahwa pada Jumat 15 April 2016 sekitar pukul 18.20 WIB di perairan perbatasan antara Malaysia dengan Filipina telah terjadi penyanderaan terhadap WNI. "Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayaf tapi masih dalam penyelidikan," katanya.

Ia mengatakan, sejak Jumat malam TNI sudah mengerahkan dua kapal perang yakni KRI Badau-841 dan KRI Slamet Riyadi-352 ke daerah perbatasan untuk melakukan penjagaan di perairan tersebut. "Saya tegaskan TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas, saya ulangi TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melaksanakan tindakan tegas baik di laut, darat dan hutan saya siap. Kapan pelaksanaan adalah bagaimana koordinasi dengan pemerintah Filipina," tegasnya.
Read more ...

Cerita tentara Malaysia kagum kehebatan Kopassus lawan SAS di hutan

Hari ini, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merayakan ulang tahunnya ke-64 tahun. Sejak dibentuk, pasukan elite TNI Angkatan Darat ini telah menjalani pelbagai pertempuran, mulai dari menghadapi gerilyawan DI/TII sampai operasi pembebasan sandera.

Operasi militer Dwikora ke pedalaman Kalimantan menjadi salah satu misi berat yang dijalankan Kopassus. Berkali-kali, prajurit komando itu beberapa kali terlibat bentrok dengan pasukan elite Inggris, Special Air Service atau disingkat SAS.

Meski terlibat pertempuran, namun tak pernah ada pernyataan perang antara Indonesia dan Malaysia. Personel yang tertangkap, atau terbunuh tak diakui keberadaannya. Seragam dan pangkat militer wajib dilepas, seragam diganti dengan seragam hijau Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Dengan demikian, jejak keterlibatan Indonesia terhapus.

operasi klaret 2014 Merdeka.com/se-asia.commemoration.gov.au

Operasi-operasi yang dilakukan Kopassus bersama Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) berkali-kali merepotkan Malaysia, hingga akhirnya meminta bantuan Inggris. Permintaan itu disetujui, negeri Ratu Elizabeth itu langsung menerjunkan satu batalyon SAS.

SAS merupakan pasukan elite terbaik dunia. Prestasinya sungguh tersohor. Selain SAS, Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia.

Rupanya, bentrok antara kedua pasukan elite tersebut sampai ke telinga prajurit Malaysia. Mereka kagum dengan kiprah Kopassus yang berkali-kali merepotkan SAS. Utamanya pasukan elite mereka, Resimen Ranger Kerajaan.
Letjen (Purn) Soegito mengungkapkan kekaguman itu dalam bukunya 'Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian, cetakan pertama tahun 2015 yang diterbitkan PT Gramedia.

SAS di Kalimantan 2016 istimewa

Setelah konfrontasi berakhir, tentara Indonesia dan Malaysia bergabung. Kedua negara berkomitmen menghabisi gerilyawan TKI yang pembangkang karena enggan menyerahkan senjatanya. TNI harus menghadapi muridnya sendiri, hingga menggelar patroli bersama menjaga perbatasan.

Anggota Ranger Malaysia mengaku senang bisa berpatroli bersama dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD/cikal bakal Kopassus). Kiprah Kopassus melawan SAS membuat mereka ingin lebih dekat.

"Kesempatan langka kebersamaan itulah yang mereka manfaatkan untuk mengenal lebih dekat dengan RPKAD," ungkap Soegito dalam bukunya.

Saking kagumnya, Ranger Malaysia sampai rela menukarkan jam tangannya demi mendapatkan pisau komando RPKAD.
Read more ...

Jumat, 15 April 2016

Dirgahayu ke-64 Kopassus


JAKARTA – Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tepat pada 16 April 2016 merayakan hari jadinya yang ke-64. Pasukan dengan ciri khas baret merah tersebut adalah bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat.

Pembentukan Kopassus berawal dari Kolonel A.E Kawilarang pada 16 April 1952 membentuk Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Di mana dirinya menginginkan adanya pasukan yang bergerak tangkas dan cepat.

Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalaman Kawilarang menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS). Kesulitan menghadapi pasukan RMS menjadikan Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi membentuk kesatuan komando ini.



Setelah berganti nama mulai dari Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), hingga pada 26 Desember 1986 saat terjadi reorganisasi di tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) resmi disematkan nama Kopassus.

Dalam perjalanan sejarahnya, beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus di antaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, dan penumpasan G30SPKI.

Selain itu, Kopassus juga turut mengawal Pendapat Penetuan Rakyat (Pepera) di Irian Barat pada 1969, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya.


Lantaran misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan Kopassus tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Kopassus memiliki motto; berani, benar, berhasil. (okezone.com)
Read more ...

Penangkapan Santoso butuh dukungan masyarakat


Palu, Sulawesi Tengah - Komandan Korem 132/Tadulako, Kolonel Infantri Muhammad Saleh Mustafa, mengemukakan, untuk menangkap gembong teroris di Poso, Santoso bersama para pengikutnya membutuhkan dukungan dari masyarakat.
"Perlu ikhtiar, kerja keras, kerja sama dan sinergitas antara TNI dan Kepolisian Indonesia dengan masyarakat agar tujuan Operasi Tinombala menangkap Santoso dan pengikutnya bisa segera terwujud," kata Mustafa, kepada wartawan di sela penyambutan dia sebagai pejabat baru di Markas Korem 132/Tadulako, Palu, Kamis.
Sebelumnya, Panglima Kodam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Agus Surya Bakti, melantik Kol Inf Mustafa menggantikan pejabat lama Kolonel Infantri Syaiful Anwar, yang gugur bersama 12 prajurit TNI lainnya dalam musibah kecelakaan helikopter TNI di Poso beberapa waktu lalu.
Mustafa berkualifikasi komando dan lama berkarir di Komando Pasukan Khusus TNI AD.
Santoso dan kawanannya sejak lama menjalankan taktik dan strategi gerilya. Dia keluar-masuk kampung-kampung dan hutan, dan tidak mau menyerah pada pemegang otoritas keamanan setempat.
Tidak kurang dari tiga batalion gabungan TNI dan polisi diterjunkan untuk membawa Santoso dan kawanannya ke depan hukum. Sampai kini upaya itu belum membuahkan hasil dari Operasi Tinombala itu.
"Saya akan segera menemui kepala Polda Sulawesi Tengah selaku pemimpin Operasi Tinombala untuk berkoordinasi terkait tugas ke depan agar operasi ini cepat selesai dan sukses," katanya.
Secara khusus, Bakti berpesan pada Mustafa agar berkoordinasi dengan Kepala Polda Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi, untuk mengejar kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Poso, dalam Operasi Tinombala.
Mustafa otomatis menjadi wakil komandan Operasi Tinombala yang dipimpin Sufahriadi itu.
"Saya berharap agar ke depan nanti, tidak ada lagi kecelakaan dalam perburuan Santoso," kata Bakti.
Read more ...
Designed By